Sistem persediaan Just-In-Time bertujuan meminimalkan tingkat persediaan, kalau
bisa tingkat persediaan ditekan menjadi nol. Sistem semacam ini, suplier akan
ditekan sedemikian rupa sehingga bisa mendatangkan barang hanya beberapa jam
sebelum dibutuhkan. Pada giliran selanjutnya, supplier akan ditekan lebih
lanjut agar bisa menyediakan barang dengan cepat. Tentu saja perubahan perilaku
semacam itu tidak hanya terjadi di perusahaan, tetapi juga pada mata rantai
pemasok perusahaan.
Dalam kondisi ideal, perusahaan yang menjalankan JIT akan membeli bahan baku
hanya untuk kebutuhan hari itu saja. Perusahaan tidak memiliki persediaan
barang dalam proses pada akhir hari tersebut, dan semua barang jadi yang
diselesaikan hari itu telah dikirimkan ke konsumen begitu produksi
selesai. Dengan demikian, JIT berarti bahan baku yang diterima segera
masuk ke proses produksi, bahan-bahan produksi yang lain segera digabungkan dan
dikerjakan, dan produk yang telah jadi segera dikirimkan ke konsumen.
Just In Time merupakan suatu pendekatan manufaktur yang mempertahankan
bahwa produksi harus ditarik dari seluruh system dengan adanya permintaan
dan bukannya mendorong seluruh system dengan skedul yang tetap untuk
mengantisipasi permintaan. Kebanyakan restoran cepat saji, seperti McDonalds,
menggunakan system tarikan untuk mengontrol persediaan barang jadi mereka.
Ketika seorang pelanggan memesan hamburger, maka hamburger itu diambil dari
rak. Ketika jumlah hamburger mulai menipis maka juru masak mulai memasak
hamburger yang baru. Permintaan pelanggan manarik seluruh bahan baku melalui
system. Prinsip yang sama digunakan dalam mengatur proses produksi sehingga
setiap operasi memproduksi produk yang diperlukaan untuk memuaskan
permintaan dari operasi yang mendahuluinya.
Perusahaan yang menerapkan Just In Time (JIT) akan mendapatkan keuntungan
antara lain :
a)
modal kerja dapat ditunjang dengan adanya persediaan karena pengurangan-pengurangan
biaya persediaan,
b)lokasi
yang tadinya untuk menyimpan persediaan dapat digunakan untuk aktivitas lain
sehingga produktivitas meningkat.ik,
c)
waktu untuk melakukan aktivitas produksi berkurang, sehingga dapat menghasilkan
jumlah proudk lebih banyak dan lebih cepat merespon konsumen.dan d) tingkat
produk cacat berkurang, menakibatkan penghematan dan kepuasan konsumen
meningkat.
Untuk menjamin agar penerapan Just In Time (JIT) dapat berhasil dengan baik
maka perusahaan perlu melakukan :
a) kontrak
jangka panjang dan menjaga hubungan baik dengan supplier. Melakukan
negosiasi kontrak-kontrak jangka panjang untuk memasok bahan baku dari luar
pastinya akan mengurangi jumlah pemesanan dan biaya pemesanan itu sendiri.
Kontrak jangka panjang selain dilakukan dengan supplier juga dapat dilakukan
antara perusahaan manufaktur.
b)
Pertukaran data elektronik (electronic data interchange/EDI). EDI memungkinkan
para supplier untuk mengakses basis data pembelinya cecara on-line. Dengan
mengetahui skedul produksi pembelinya ( dalam hal ini adalah perusahaan
manufaktur), para supplier dapat mengirimkan barang ataupun bahan
baku ysng diperlukan ketika dibutuhkan, yaitu tepat pada saat bahan
tersebut dibutuhkan. EDI tidak memerlukan kertas kerja, tidak perlu
formulir pemesanan. Para supplier menggunakan skedul produksi yang
terdapat dalam basis data pembeli, untuk menentukan skedul produksi
dan pengiriman mereka. Ketika bahan baku ataupun barang dikirimkan, sebuah
pesan elektronik dikirimkan oleh supplier kepada pembelinya bahwa
pengiriman dalam perjalanan.ketika barang ataupun bahan sudah tiba suatu kode
bar dipindah dengan alat elektronik dan ini mengawali proses pembayaran
terhadap barang ataupun bahan yang dibeli tersebut. Jelasnya EDI memerlukan
perjanjian kerjasama yang ketat antara supplier dengan pembeli.
Referensi
http://hanifalwann.blogspot.com/2015/01/metode-pengendalian-persediaan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar